Cara Sukses Menyapih Anak, Sebuah Pengalaman Pribadi
Ini untuk kali kedua saya menulis di blog "rekan saya". Saya ingin berbagi cerita dengan para ibu yang akan menyapih anaknya. Cara sukses menyapih anak. Idealnya menyapih anak adalah ketika anak telah menginjak usia dua tahun. Saya menyarankan agar sebelum usia dua tahun sudah dimulai mempersiapkan diri.
Saya memiliki dua orang anak yang berbeda - beda cara menyapihnya. Antara anak yang pertama dengan yang kedua memiliki selisih usia dua setengah tahun . Itu artinya saya menyapih anak pertama saya ketika telah hamil anak kedua.
Untuk sukses menyapih anak, kita tidak bisa memaksakan untuk langsung berhasil, akan tetapi kita harus melakukanya secara bertahap dan perlahan - lahan. Pada tiga hari pertama masuk masa penyapihan, saya hentikan menyusui di siang hari, sedangkan pada malam hari masih saya lanjutkan memberikan ASI. Sebagai gantinya, di siang hari, saya mencoba memberikan makanan pengganti bernutrisi yang sesuai, bisa dengan biskuit bayi. Lanjut pada tiga hari kedua masa panyapihan , saya mulai menghentikan pemberian ASI pada siang maupun malam hari. Untuk mengatasi permintaan anak menyusu, saya mengalihkan perhatiannya pada hal - hal yang memang menarik baginya, terkadang juga saya berikan makanan pengganti. Jika masih saja memaksa, saya oleskan sedikit minyak kayu putih pada puting payudara, sehingga anak saya tidak meinta menyusu lagi. Sampai saya menyadari bahwa mengolesi minyak kayu putih ini ternyata adalah cara yang salah dalam menyapih anak. Nanti kalau keracunan minyak kayu putih bagaimana?Kasihan..
Permasalahan terjadi. Masa awal penyapihan adalah hari - hari yang terasa melelahkan bagi para ibu. Anak saya tidak bisa tidur tanpa digendong. Akhirnya hampir setiap malam saya sering begadang, berjuang menidurkan anak saya. Ditambah lagi anak saya juga susah untuk makan. Tidak mau diberi susu formula maupun camilan pengganti. Akan tetapi setelah berjalan selama sekitar satu pekan, berangsur - angsur anak saya mulai bisa membiasakan diri, menerima bahwa dia tidak minum ASI lagi dan mulai bersedia mengkonsumsi susu formula dan makanan pengganti.
Alhamdulillah untuk anak saya yang kedua tidak sesulit anak yang pertama.
Menjadi catatan saya adalah bahwa tidak semua metode yang diberikan oleh para pendahulu kita dalam menyusui anak itu tepat, tidak jarang malah akan membahayakan anak. Ada yang menyarankan untuk dimintakan air dari "orang pintar" segala, ada juga yang menyarankan untuk mengoleskan brotowali pada puting payudara ibunya, dan lain - lain. Hadehh...
Kesimpulan
Jika saya bisa mengambil kesimpulan berdasarkan pengalaman saya, maka cara menyapih anak agar berhasil adalah sebagai berikut :
Saya memiliki dua orang anak yang berbeda - beda cara menyapihnya. Antara anak yang pertama dengan yang kedua memiliki selisih usia dua setengah tahun . Itu artinya saya menyapih anak pertama saya ketika telah hamil anak kedua.
Untuk sukses menyapih anak, kita tidak bisa memaksakan untuk langsung berhasil, akan tetapi kita harus melakukanya secara bertahap dan perlahan - lahan. Pada tiga hari pertama masuk masa penyapihan, saya hentikan menyusui di siang hari, sedangkan pada malam hari masih saya lanjutkan memberikan ASI. Sebagai gantinya, di siang hari, saya mencoba memberikan makanan pengganti bernutrisi yang sesuai, bisa dengan biskuit bayi. Lanjut pada tiga hari kedua masa panyapihan , saya mulai menghentikan pemberian ASI pada siang maupun malam hari. Untuk mengatasi permintaan anak menyusu, saya mengalihkan perhatiannya pada hal - hal yang memang menarik baginya, terkadang juga saya berikan makanan pengganti. Jika masih saja memaksa, saya oleskan sedikit minyak kayu putih pada puting payudara, sehingga anak saya tidak meinta menyusu lagi. Sampai saya menyadari bahwa mengolesi minyak kayu putih ini ternyata adalah cara yang salah dalam menyapih anak. Nanti kalau keracunan minyak kayu putih bagaimana?Kasihan..
Permasalahan terjadi. Masa awal penyapihan adalah hari - hari yang terasa melelahkan bagi para ibu. Anak saya tidak bisa tidur tanpa digendong. Akhirnya hampir setiap malam saya sering begadang, berjuang menidurkan anak saya. Ditambah lagi anak saya juga susah untuk makan. Tidak mau diberi susu formula maupun camilan pengganti. Akan tetapi setelah berjalan selama sekitar satu pekan, berangsur - angsur anak saya mulai bisa membiasakan diri, menerima bahwa dia tidak minum ASI lagi dan mulai bersedia mengkonsumsi susu formula dan makanan pengganti.
Alhamdulillah untuk anak saya yang kedua tidak sesulit anak yang pertama.
Menjadi catatan saya adalah bahwa tidak semua metode yang diberikan oleh para pendahulu kita dalam menyusui anak itu tepat, tidak jarang malah akan membahayakan anak. Ada yang menyarankan untuk dimintakan air dari "orang pintar" segala, ada juga yang menyarankan untuk mengoleskan brotowali pada puting payudara ibunya, dan lain - lain. Hadehh...
Kesimpulan
Jika saya bisa mengambil kesimpulan berdasarkan pengalaman saya, maka cara menyapih anak agar berhasil adalah sebagai berikut :
- Lakukanlah secara bertahap. Kurangi sedikit demi sedikit frekuensi pemberian ASI.
- Perkenalkan anak dengan cangkir atau botol untuk meminum susu, jauh hari sebelum masuk masa penyapihan. Berikan perhatian dan kasih sayang ketika anak minum dengan cangkir atau botol, ciptakanlah suasana seolah - olah anak sedang menyusu langsung dari ibunya.
- Alihkan perhatian anak ketika minta menyusu dengan hal - hal yang menarik baginya.
- Berikanlah makanan penggganti bernutrisi yang aman dan sehat.
- Bersikaplah konsisten ketika menjalani tahap - tahap penyapihan, meski kadang muncul rasa tidak tega pada terhadap anak anda. Lakukan perlahan saja agar mudah untuk konsisten.
- Minta dukungan suami.
- Hentikan usaha menyapih anak, jika anak anda sedang sakit.
- Berkonsultasilah dengan dokter anak, terutama jika terjadi hal - hal yang tidak sewajarnya.
Comments
Post a Comment
Jika komentar anda / jawaban komentar tidak muncul, klik tulisan "loading" atau tulisan "load more" sampai komentar anda muncul. Atau silahkan bertanya lewat "Kontak Kami"
Berkomentarlah dengan kalimat yang baik dan sopan.